Sabtu, Mei 19, 2012

"Kabayan Grup" Ke Gunung Gede (II) Ketika Perjuangan Terasa Semakin Berat

Perjalanan "Kabayan Grup" dilanjutkan. Dengan semangat yang membara dan kondisi tubuh yang masih fit, tim kami bagi tiga. Tim paling depan terdiri dari 5 orang. Tim ini dikomandani oleh Kang Arif, dengan diikuti Mas Anas, Mas Wawan, Kang Ade dan Kang Erwin. Mereka dengan semangat jiwa muda dan fisik yang masih kuat dan pengalaman naik gunung sebelumnya adalah tim penyapu. Tim ini diharapkan sudah menemukan spot buat shalat jumat bersama kami nantinya. Benar saja, tak lama setelah berdoa bersama, tim ini sudah menghilang diantara semak-semak dan belukar jalanan yang menanjak, walaupun suara becandaan mereka masih tersengar dengan jelas oleh tim kedua.

Tim Kedua berada dibawah komando Pa Ridwan. Tim kelas "menengah" (tim yang sebagian besar sudah terkena efek rokok yang menggerogoti tubuh :D). Tim ini diisi personel Mas Deden, Mas Rohmat, Pa Mahyar, Pa Hadi, Pa Darwis, dan saya sendiri. Kita berjalan dengan pelan sambil bercanda-bercanda soal berbagai hal. Tim ini sebagian besar adalah pemula dalam hal mendaki gunung sebelumnya, sedangkan sang komandan sudah kenyang asam garam mendaki hampir semua gunung di Indonesia. Bahkan naik Gunung Gede ini adalah yang ketiga kalinya bagi beliau. Yang paling kagum dari sosok Pa Ridwan ini adalah dia mau mengorbankan cutinya demi menggeluti hobbynya ini. Anaknya yang masih kecilpun sudah pernah diajaknya ke Gunung Gede. Menakjublan sekali. Disamping itu, beliau tidak merokok, praktek hidup sehat katanya. :D Tim kedua ini sering berhenti, selain karena cape, kadang juga berhenti karena ingin berbagi minuman atau hanya sekedar merokok sebatang dulu.

Pa Mahyar, Pa Darwis, Mas Rohmat, Pa Ridwan, Pa Hadi menyusuri jalan ke puncak.

Tim Ketiga adalah tim penyapu dan pembawa sebagian besar logistik tim kita. Tim ini terdiri Mas Awenk dan Kang Keong. Tim spesialis kopi ini berjalan dengan santainya, bahkan cenderung sangat santai. Kapanpun memungkinkan mereka akan berhenti untuk menyeduh kopi. Nanti pada akhirnya semua anggota tim ini akan kembali berkumpul di setiap shelter yang kami lewati.

Setelah melewati trek mendaki selama lebih dari 2 jam. Kami memutuskan untuk makan siang dulu dengan bekal yang telah kami siapkan ketika sarapan tadi paginya. Setelah perut terisi, kami melanjutkan perjalanan. Tak lama kami berjalan, ternyata tim pertama sudah mendapat tempat yang cukup bagus buat shalat jumat. Tanpa berpikir panjang, matras dan alas lain yang suci yang bisa dijadikan sajadah kami hamparkan. Yang bertindak sebagai khatib sekaligus imam adalah Kang Arif. Beberapa pesan yang dia sampaikan di khutbah tersebut. Bahkan kami semakin yakin ini adalah perjalanan tafakur alam, bukan hanya perjalanan biasa. Setelah khutbah, kami shalat jumat dengan khidmat. Terasa lain suasana ibadah shalat jumat kali ini. Khusu' sekali dan membuat merinding bulu roma, seakan air mata ingin mengucur mensyukuri nikmat dariNYA. Ya Allah, ampunilah Kami yang tidak mensyukuri nikmatMU selama ini. Maafkan kami yang telah sombong, padahal kekuasaanMU sangat luas dan tak terbatas. Kami tak ada apa-apanya dibanding kekuasaanMU, hutanMU yang lebat ini.

Setelah istirahat sejenak setelah jumatan. Kami lanjutkan perjalanan kami menuju shelter Kandang Badak. Namun dalam perjalanan kami berpapasan dengan pendaki yang sudah turun, dan mengabarkan bahwa shelter Kandang Badak sudah penuh oleh pendaki lain dan shelter Kandang Batu sudah dicarter tim avtech yang ulang tahun. Tim akhirnya memutuskan akan menginap di Shelter Air Panas saja. Perjalanan ke shelter ini tak terlalu jauh dan relatif landai. Di perjalanan ini sudah mulai ada anggota tim yang mengalami cedera ringan. Pegal sudah mulai menggerogoti, pinggang sudah mulai berdenyut-denyut bahkan lututpun mulai terasa gontai. Tepat jam 2 siang kami sudah sampai di Shelter air panas. Shelter yang cukup luas, bisa menampung 8 tenda pendaki. Tanpa pikir panjang, kamipun mulai mendirikan tenda.

Karuhun kami : Pa Darwis, Pa Hadi, Pa Mahyar di shelter Air Panas

Benar saja, baru sebentar tenda berdiri, hujan pun turun. Hujannya tidak terlalu deras, tapi lumayan menambah dingin suasana. Beberapa teman mulai mengeluh dengan kondisi tubuhnya dan mulai kecapean. Kami akan menginap disini malam ini dan besok pagi akan melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Gede, kami berharap sebelum jam 1 kami sudah mencapai puncak. Setelah istirahat sejenak, kami pun makan bersama. Sementara yang lain istirahat divisi logistik memasak buat kami. Alangkah mulianya dirimu kawan. Semoga Allah membalas kebaikanmu. Aamiin. :D

Kami makan dengan lahap, sambil terus bercanda. Pa Hadi bisa mencairkan suasana dengan dongeng-dongengnya yang menghibur. Suasana sore yang dinginpun sejenak menjadi hangat kembali. Setelah makan kami kembali ke tenda masing-masing dan melanjutkan istirahat sambil menyeduh jahe panas dan kopi. Setelah habis "nyuruput" kopi, kamipun istirahat. Saking capenya, kami terlepa [uilas sampai subuh. Sepanjang sore sampai malam terdengar banyak suara langkah pendaki yang melewati tenda kami. Malam berlalu dengan cepatnya, pagi yang bereembun pun datang dengan cantiknya. Setelah shalat shubuh, kamipun sarapan bersama. Setelah sarapan kami bermaksud melanjutkan perjalanan. Tapi ada anggota tim yang cedera agak parah. Pinggang kaceklak, seperti terkilir, bahkan untuk bangunpun susah. Setelah dipijat salah satu teman dan dibujuk anggota lain, kamipun melanjutkan perjalanan dengan utuh. Tak ada yang duluan pulang karena fisik yang mulai tak tertahan.

Baru 5 menit berjalan, kami disuguhi pemandangan menakjubkan lainnya. Jurang yang mengalir air panas diatasnya. Inilah kenapa shleter tempat kami menginap dinamakan shelter air panas. Kami berjalan menyebrangi air panas ini dengan seutas tali sebagai pegangan. Dibawahnya terhampar jurang yang cukup dalam. Kabut air panasnya menambah indahnya pemandangan disitu.

Kabayan Grup
Berdiri (ki-ka) : Pa Yudi, Pa Mahyar, Deden, Mas Anas, Mas Rohmat, Erwin, Ade, Kang Arif.
Jongkok (ki-ka) : Putra Cikandang, Pa Hadi, Mas Wawan, Pa Darwis, Mas Awenk, Pa Ridwan.

Ketika kaki mulai berat dilangkahkan, ketika pinggang mulai nergetar ketika berjalan, akankah puncak bisa kami taklukkan?

Bersambung...

Tidak ada komentar: