Minggu, Mei 27, 2012

"Kabayan Grup" Ke Gunung Gede (IV) Alun-alun Surya Kencana

Setelah perut kenyang dan puas menikmati keindahan puncak Gunung Gede, kami segera memutuskan turun ke tempat nge-camp hari kedua. Tempat yang legendaris. Padang datar yang sangat luas, yaitu Alun-Alun Surya Kencana. Tempat ini terlihat jelas dari atas puncak Gunung Gede dan juga Gunung Pangrango. Ini tempat yang sangat favorit bagi pendaki untuk istirahat. Untuk mencapai tempat ini tak butuh waktu lama, setengah jam saja bisa dicapai dari puncak Gunung Gede. Kita memang harus menuruni jalan diantara pepohonan bakau hutan dan jalanan berbatu. Kami turun sekitar jam 2.00, dan jam 2.30 semua anggota tim sudah sampai di Alun-Alun ini. 
Anggota tim sampai di Alun-Alun Surya Kencana
Kami pun segera mendirikan tenda. Sebagian lagi mengambil gambar dan berpoto-poto. Setelah tenda berdiri dengan tegap. Kami berkumpul sejenak untuk saling memberikan selamat satu sama lain, karena secara garis besar semua jalur pendakian telah kami lewati. Ketika sebagian anggota memasak air panas, karena disini sudah mulai terasa dingin, sebagian dari kami ada yang mengambil air, cuci muka, gosok gigi dan ada juga yang membersihkan diri dan ganti pakaian, karena pakaian sudah basah keringat pastinya. Kembali kami disuguhi pemendangan menakjubkan. Selain dikelilingi oleh hamparan bunga edelweijs, alun-alun ini juga dikelilingi hutan dan perbukitan, benar-benar lembah yang sangat indah. Beberapa tim terlihat sudah mulai mendirikan tenda disini dan beberapa malah baru selesai membenahi tenda untuk naik ke Puncak Gunung Gede.
Alun-Alun Surya Kencana juga merupakan hamparan bunga Edelweijs
Karena asyik berbincang-bincang, kami tak sadari hari sudah beranjak semakin sore. Cuaca semakin terasa dingin. Jaket pun sudah dipasang, kuplukpun menemani. Dilangit terlihat pemandangan awan-awan yang cukup indah. Tak lama kabutpun mulai turun. Menambah keeksotikan Alun-Alun ini. Tanpa menunggu waktu lagi, kamipun segera mulai memasak untuk makan malam. Kami berkumpul ditenda dapur di tengah-tengah tenda kami berdiri. Kami menikmati jahe panas, kopi panas dan beberapa makanan kecil yang dibawa anggota team. Perjalanan yang melelahkan memang. Pengalaman menarik disini adalah ketika mengambil air wudhu, airnya terasa sangat dingin sekali, seperti memegang air es. Menakjubkan memang kekuasaannya. DIA menciptakan segalanya dengan sangat sempurna. ALLAHU AKBAR!!!!
Tenda yang melindungi kami dari cuaca dingin di malam hari
Malam pun datang meninggalkan siang. Suasana mulai gelap gulita. Riuh rendah terdengar suara pendaki lain di tendanya masing-masing. Dilangit bintangpun mulai menampakkan diri, seakan ingin menunjukkan kalau rugilah orang-orang yang tidak bersyukur. Setelah melahap hidangan makan malam, kamipun melanjutkan kumpul-kumpul dengan obrolan ringan dan becandaan khas masing-masing anggota. Lama kami larut dalam obrolan tersebut. Bahkan sampai sudah beberapa kali kami menghabiskan secangkir besar air teh dan kopi. Semakin malam, pemandangan dilangit semakin menakjubkan. Kabutpun mulai turun dilembah yang dingin ini. Beberapa teman sudah mulai mencari posisi yang bagus untuk beristirahat. Saya, Mas Awenk, Mas Wawan masih asyik bercerita. Kamipun mencoba kekuatan daya tahan tubuh dengan keluar tenda. Wuihhh, tak sampai 5 menit kami kuat disana, kembali kami ke tenda karena dinginnya yang merasuk tulang.

Syal KLINTAN kembali mejeng di Alun-Alun Surya Kencana
Awan beesayap di Alun-Alun Surya Kencana
Panorama awan yang menguning di Alun-Alun Surya Kencana
Ditengah alun-alun peserta Jambore Avtech yang menyapu dan membersihkan jalur pendakian dari sampah sudah menyalakan api unggun, dan bahkan menyalakan mercon dan kembang api. Seperti sedang berpesta saja mereka malam itu. Setelah mengambil wudhu dengan air mineral dan shalat isya, saya pun memutuskan istirahat dan menikmati malam itu dengan tidur pulas. Cukup pulas tidur saya malam itu. Disamping karena sleeping bag yang saya bawa sangat tebal, mungkin karena cape yang mendera membuat saya bisa memasuki alam mimpi dengan pulas. :D Shubuh sekali kami sudah bangun. Dan kembali berkumpul di tenda dapur di tengah, mulai memasak kopi lagi. Dan memastikan keadaan anggota. Shalat shubuh kali ini sangat spesial, dilakukan di suhu 8 derajat Celcius. Wuihhh brrrr...
Suhu udara pagi di Alun-Alun Surya Kencana... Brrrrr...
Kamipun menikmati pagi itu dengan bersujud padaNYA. Ternyata selama ini masih banyak kesombongan dalam diri kami, masih banyak dosa yang kami lakukan, padahal nikmatNYA tak pernah henti. Kami tersadar, Shubuh itu spritual kami tergoncang. Ampuni dosa kami Ya Rabb...
Poto team pas bangun pagi di Alun-Alun Surya Kencana
Setalah membersihkan diri, ganti kostum dan merapikan sebagian bawaan. Kami memanfaatkan waktu bebas sampai jam 7 pagi untuk mencoba kenarsisan semua anggota. Bergantian kami dipoto, dengan gaya masing-masing. Tak jarang pendaki yang lewat pun tertawa dengan tingkah pola kami. Umur bukan masalah, narsis mah kudu... hehehe. Setelah poto sendiri-sendiri kami lanjutkan dengan manjajal kemampuan melompat. Bergantian pula kami mengambil poto masing-masing. Udara pagi mulai terasa sejuk, suhu udara sudah tidak terlalu dingin lagi, dan embun pun telah berhenti turun, serta matahari sudah berdiri gagah diufuk timur, kamipun bersiap-siap. Tenda dibongkar, dan bersiap-siap isi bahan bakar untuk turun, Pagi itu makan besar. Semua logistik tersisa kami habiskan disitu, tentu saja tidak termasuk kopi yang masih akan terpakai untuk penurunan nanti.
Narsis dulu di Alun-Alun Surya Kencana

Mas Rahmat belajar terbang
Deden gak mau kalah, terbanggggg...
Aki-aki ngapung.... haha
Sarapan dulu sebelum meninggalkan Alun-Alun Surya Kencana
Tetap semangat sebelum pulang
Jam 8 lebih kami telah siap. Tas sudah digendong masing-masing. Setelah berdoa sejenak kami pun berpamitan dengan alun-alun ini. Kami menyusuri jalan setapak, jalan yang berpasir yang kanan kirinya ditumbuhi rerumputan yang cukup lebat. Beberapa pendaki terlihat juga sudah bersiap turun. Dan beberapa lagi masih sibuk poto-potoan bahkan ada yang masih saja mengambil bunga yang dilindungi (Edelweijs). prilaku yang kurang bijak. Sejam lebih kami sudah sampai diujung alun-alun. jalur yang akan kami hadapi selanjutnya sama dengan jalur turun dari Puncak Gede ke Alun-Alun Surya Kencana. Menurun, berbatu, dan  ditumbuhi pepohonan bakau hutan. 
Kabut menemani kami saat beranjak dari Alun-Alun Surya Kencana
Melewati hamparan rerumputan Alun-Alun Surya Kencana
Perjalanan turun ini normalnya dilewati sekitar 5 jam. Tapi berhubung ujan deras diperjalanan turun, dimana kami banyak yang sempat merasakan jatuh. Kami bisa mencapai pintu keluar Gunung Putri pada jam 2 siang. Perjalanan turun ternyata ssngat menguras energi. Pak Hadi, Pak Darwis mulai terlihat sangat kelelahan. Tapi dengan semangat yang tinggi akhirnya kami bisa sampai di Posko Gunung Putri. Sudah banyak pendaki disini. Ada yang mencuci kaki, mandi, ganti baju dan bahkan ada yang sekedar melaporkan pendakiannya sudah selesai. Disini juga sampah kita dari atas di tanya dan di timbang. Dan kadang kala disini juga diperiksa apakah kita membawa turun Bunga Edelweijs. Kali ini tidak ternyata, mungkin karena banyaknya pendaki kali ini. 
Sayuran sistem tumpang sari di Pintu masuk/keluar Gunung Putri, Gunung Gede
Setelah ketua rombongan kamipun segera menuju perkampungan. Mandi, ganti baju dan makan di warung warga. Jam 4 kami segera meninggalkan Gunung Putri untuk kembali ke Pos Cibodas. Mobil disimpan ditempat ini. Di Cibodas pemburu oleh-oleh langsung bergerak cepat. Kaos, jaket dan souvenir langsung di beli. Jam 5 kami segera melanjutkan perjalanan pulang via puncak. Jam 9 malam saya sampai di kostan. Sedangkan teman-teman yang ke Cilegon sampai sekitar jam 11 dengan selamat. Alhamdulillah...

Perjalanan yang melelahkan memang. Perjalanan yang penuh cerita. Dan tentu saja perjalanan yang suatu saat nanti ingin kami semua ulang kembali. Terima kasih Gunung Gede, semua yang kami alami selama 2 hari akan kami jadikan bekal kami mengarungi kehidupan dunia ini agar bisa menjadi manusia yang berguna bagi sesama. Sampai ketemu lagi di pendakian berikutnya...


Jumat, Mei 25, 2012

Sedikit cerita tentang Alun-Alun Surya Kencana



Sedikit cerita tentang Alun-Alun Surya Kencana. Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas di ketinggian 2.750 mdpl di sebelah timur puncak Gunung Gede. Yang di dalamnya adalah berupa padang rumput dan bunga Edelweijs. Surya Kencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur ) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Surya Kencana memiliki dua putra : Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi. Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Surya Kencana. Beliau bersama rakyat jin, menjadikan alun–alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Petilasan singgasana Pangeran Surya Kencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kinipun, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun ini, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada di tengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi. Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.

Sekitar Gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi.Kawah Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak. Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan Cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/makam Eyang Haji Mintarasa.


Pangeran Surya Kencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah - tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia. Kadangkala pendaki yang berada di kawasan alun-alun Surya Kencana akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Surya Kencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana.



WallahuAllam...


Sumber : http://www.belantaraindonesia.org

Minggu, Mei 20, 2012

"Kabayan Grup" Ke Gunung Gede (III) Pesona puncak Gede...

Me, In Action
Setelah melewati air panas, kami melewati salah satu pos tradisional pendakian Gunung Gede, yaitu pos kandang batu. Kenapa disebut kandang Batu, kemungkinan karena daerah yang cukup datar ini dipenuhi oleh bebatuan, baik yang ukuran besar maupun sedang. Di Camp ini biasanya pendaki beristirahat kalau camp Kandang Badak dalam keadaan penuh. Di tempat ini kami bertemu tim yang sedang berjambore. Dan yang menakjubkan, pesertanya sudah berusia lanjut. Perkiraan saya sekitar 50 - 60 tahun. Mereka tergabung dalam Avtech angkatan pertama yang mendaki di tahun 1984. Tahun 1984? wowww... saya baru mencium udara bumi waktu itu, mereka sudah naik ke Gede. KARUHUN... LEGEND!!! :D 

Kami sempatkan mengisi air untuk perbekalan, dan setelahnya kami langsung melanjutkan pendakian. Dan sekarang kami tidak terpecah2 kelompok lagi, kami bersama sudah dalam tim yang beriringan seperti dihari pertama. Kami saling menunggu, membantu dan saling mengebulkan asap ke udara bersama-sama. Hehe... Perjalanan ke kandang Badak adalah perjalanan yang cukup menantang. Dengan medan yang cukup mendaki dan dipenuhi dengan semak belukar, dan terkadang ada pepohonan yang menghalangi jalan. Tak jarang kami harus merunduk bahkan merangkak melewati rintangan seperti ini. Semakin siang semakin banyak kami menemui pendaki yang turun, dan mereka hampir selalu berkata "Semangat, bentar lagi nyampe puncak"... Dan kamipun semakin bersemangat. Anggota tim yang awalny sudah kelelahan dan hampir menyerah bersemangat kembali menyusuri jalur pendakian. Apalagi setelah bertemu satu keluarga yang berisi 3 anak-anak berusia dibawah sepuluh tahun yang baru saja turun, semakin membaralah semangat kami. Anak kecil saja bisa, kenapa kita yang masih muda tidak bisa... Sia-sia weh jauh-jauh ti Banten atuh, begitu celoteh seorang teman. Setelah berjalan 3 jam, dan diisi dengan banyak istirahat, jam 10 pagi kami sudah sampai di camp Kandang Badak. Tempat ini sudah dipenuhi pendaki. Ada yang sedang memasak, merapikan tenda, ada yang masih goler-goleran dan ada yang bersenda guaru dengan teman sejawat. Kami yang baru datang yang mencari lokasi untuk mengisi amunisi, sarapan ke-2 dan bertukar makanan kecil dan minuman.
Narsis dulu didepan pos Kandang Badak

Ditempat ini pun tak lupa syal Klintan dikeluarkan untuk diabadikan. :D

Disini kami kembali mengisi persediaan air. Karena di puncak tidak ada air. Setelah terasa semuanya siap, kami pun segera berangkat. Dan jalur yang kami lewati kembali berbatu dan menanjak dengan banyak pohon bakau hutan yang tumbuh disekitar. Kabutpun mulai turun, menambah ketakjuban kami. Perjalanan ini pun diiringi oleh suara angin yang sayup-sayup menyapu daun pepohonan. Tak lama perjalanan kami mendaki, kami sudah sampai di persimpangan antara Puncak Pangrango ke arah kanan dan Puncak Gede ke arah Kiri. Di sekitaran penunjuk arah ini jalannya terbilang datar dan halus, walaupun tidak terlalu panjang. Kurang dari 1 jam, kami sudah memasuki tanjakan paling fenomenal di Gunung Gede yaitu Tanjakan Rantai. Bahkan banyak yang menyebutnya tanjakan setan. karena tanjakan ini sangat curam dan untuk pegangan dibuatkanlah tiang-tiang yang dilengkapi rantai. Tanjakan ini sekitar 700 m. Ditanjakan ini sudah ramai dipenuhi pendaki, baik yang mau naik, ataupun yang mau turun. Disini naik dan turun harus bergantian dan hanya bisa satu-satu.

Sesaat sebelum menaiki Tanjakan Rantai

Alhamdulillah, kami mampu melewati tanjakan setan dengan selamat. Mas Rohmat dan Deden yang awalnya merasa tak sanggup melanjutkan perjalanan, ternyata dengan gigih bisa sampai duluan di atas. Ketika pertama kali sampai, hanya ucapan syukur dan ketakjuban yang luar biasa yang kami dapatkan. Terlihat kawah dengan air kawah berwarna kehijauan, dengan asap yang membumbung keatas.
Sesaat setelah melewati tanjakan Rantai, dibelakang terlihat Gunung Pangrango

Dinding-dinding puncak Gunung Gede terlihat sangat mempesona. Seperti ada tumpukan batu yang tersusun rapi dan terbentang dari bagian barat puncak sampai timur. Dipuncak memang sudah sedikit tanaman yang ditemui, hanya ada Bakau hutan yang tumbuh. Pengaruh tanah dan tempat yang diketinggian sangat mempengaruhi vegetasi yang tumbuh disini. Para pendaki terlihat semakin menyemut dipuncak. Disamping karena ada jambore Avetch, kebetulan juga banyak tim dari beberapa kampus yang mendaki para hari tersebut. Sambil menikmati keindahan yang terhampar didepan kami dan pemandangan Puncak Pangrango yang terlihat sangat cantik dibelakang, kami sempatkan berpoto-poto ria. Sampai akhirnya kamipun sampai dipuncak utama, di ketinggian 2958 mdpl. 
Kawah Gunung Gede
Untaian batu di Puncak Gunung Gede. Menakjubkan ciptaanNYA.
Dipuncak kami pun beristirahat sambil terus mentafakuri nikmat darinya. Kami sangat bersyukur, karena awalnya sangat pesimis tim akan tetap utuh sampai di puncak. Tapi dengan pertolongan Allah SWT kamipun semuanya bisa sampai di puncak dengan selamat. Rasa cape, lemas dan lelah yang mendera seakan-akan langsung hilang melihat pemandangan yang ada. Tempat ini sudah seperti Negeri di atas awan, dimana awan berada dibawah kita. Setelah beristirahat sejenak, sebagian ada yang shalat, tidur-tiduran, mengopi dan teman kami Ade yang memang jago masak, seperti biasa memasakkan kami makan siang. Menu kali ini tak terlalu berat, hanya indomie telur plus sosis. Karena makan besar akan kami nikmati nanti di Alun-Alun Surya Kencana. Sejam lebih kami ditempat ini.
Ade, koki kami selama menaiki Gunung Gede. Nuhun Lur...
Syal KLINTAN pun ikut mejeng... :D
Saya dan Pa Mahyar di Negeri Di Atas Awan
Dimanapun selalu menyempatkan berphoto dengan syal ini... PRIDE!

Gunung Gede 2958 mdpl... I am Here!

Pa Mahyar narsis juga...

Deden beraksi...

Pa Ridwan Shalat Zuhur di Puncak... HADE!!!!

Foto Keluarga di Puncak

Suhu dan kelembaban di Puncak Gunung Gede. Brrrr...


Bersambung...

Sabtu, Mei 19, 2012

"Kabayan Grup" Ke Gunung Gede (II) Ketika Perjuangan Terasa Semakin Berat

Perjalanan "Kabayan Grup" dilanjutkan. Dengan semangat yang membara dan kondisi tubuh yang masih fit, tim kami bagi tiga. Tim paling depan terdiri dari 5 orang. Tim ini dikomandani oleh Kang Arif, dengan diikuti Mas Anas, Mas Wawan, Kang Ade dan Kang Erwin. Mereka dengan semangat jiwa muda dan fisik yang masih kuat dan pengalaman naik gunung sebelumnya adalah tim penyapu. Tim ini diharapkan sudah menemukan spot buat shalat jumat bersama kami nantinya. Benar saja, tak lama setelah berdoa bersama, tim ini sudah menghilang diantara semak-semak dan belukar jalanan yang menanjak, walaupun suara becandaan mereka masih tersengar dengan jelas oleh tim kedua.

Tim Kedua berada dibawah komando Pa Ridwan. Tim kelas "menengah" (tim yang sebagian besar sudah terkena efek rokok yang menggerogoti tubuh :D). Tim ini diisi personel Mas Deden, Mas Rohmat, Pa Mahyar, Pa Hadi, Pa Darwis, dan saya sendiri. Kita berjalan dengan pelan sambil bercanda-bercanda soal berbagai hal. Tim ini sebagian besar adalah pemula dalam hal mendaki gunung sebelumnya, sedangkan sang komandan sudah kenyang asam garam mendaki hampir semua gunung di Indonesia. Bahkan naik Gunung Gede ini adalah yang ketiga kalinya bagi beliau. Yang paling kagum dari sosok Pa Ridwan ini adalah dia mau mengorbankan cutinya demi menggeluti hobbynya ini. Anaknya yang masih kecilpun sudah pernah diajaknya ke Gunung Gede. Menakjublan sekali. Disamping itu, beliau tidak merokok, praktek hidup sehat katanya. :D Tim kedua ini sering berhenti, selain karena cape, kadang juga berhenti karena ingin berbagi minuman atau hanya sekedar merokok sebatang dulu.

Pa Mahyar, Pa Darwis, Mas Rohmat, Pa Ridwan, Pa Hadi menyusuri jalan ke puncak.

Tim Ketiga adalah tim penyapu dan pembawa sebagian besar logistik tim kita. Tim ini terdiri Mas Awenk dan Kang Keong. Tim spesialis kopi ini berjalan dengan santainya, bahkan cenderung sangat santai. Kapanpun memungkinkan mereka akan berhenti untuk menyeduh kopi. Nanti pada akhirnya semua anggota tim ini akan kembali berkumpul di setiap shelter yang kami lewati.

Setelah melewati trek mendaki selama lebih dari 2 jam. Kami memutuskan untuk makan siang dulu dengan bekal yang telah kami siapkan ketika sarapan tadi paginya. Setelah perut terisi, kami melanjutkan perjalanan. Tak lama kami berjalan, ternyata tim pertama sudah mendapat tempat yang cukup bagus buat shalat jumat. Tanpa berpikir panjang, matras dan alas lain yang suci yang bisa dijadikan sajadah kami hamparkan. Yang bertindak sebagai khatib sekaligus imam adalah Kang Arif. Beberapa pesan yang dia sampaikan di khutbah tersebut. Bahkan kami semakin yakin ini adalah perjalanan tafakur alam, bukan hanya perjalanan biasa. Setelah khutbah, kami shalat jumat dengan khidmat. Terasa lain suasana ibadah shalat jumat kali ini. Khusu' sekali dan membuat merinding bulu roma, seakan air mata ingin mengucur mensyukuri nikmat dariNYA. Ya Allah, ampunilah Kami yang tidak mensyukuri nikmatMU selama ini. Maafkan kami yang telah sombong, padahal kekuasaanMU sangat luas dan tak terbatas. Kami tak ada apa-apanya dibanding kekuasaanMU, hutanMU yang lebat ini.

Setelah istirahat sejenak setelah jumatan. Kami lanjutkan perjalanan kami menuju shelter Kandang Badak. Namun dalam perjalanan kami berpapasan dengan pendaki yang sudah turun, dan mengabarkan bahwa shelter Kandang Badak sudah penuh oleh pendaki lain dan shelter Kandang Batu sudah dicarter tim avtech yang ulang tahun. Tim akhirnya memutuskan akan menginap di Shelter Air Panas saja. Perjalanan ke shelter ini tak terlalu jauh dan relatif landai. Di perjalanan ini sudah mulai ada anggota tim yang mengalami cedera ringan. Pegal sudah mulai menggerogoti, pinggang sudah mulai berdenyut-denyut bahkan lututpun mulai terasa gontai. Tepat jam 2 siang kami sudah sampai di Shelter air panas. Shelter yang cukup luas, bisa menampung 8 tenda pendaki. Tanpa pikir panjang, kamipun mulai mendirikan tenda.

Karuhun kami : Pa Darwis, Pa Hadi, Pa Mahyar di shelter Air Panas

Benar saja, baru sebentar tenda berdiri, hujan pun turun. Hujannya tidak terlalu deras, tapi lumayan menambah dingin suasana. Beberapa teman mulai mengeluh dengan kondisi tubuhnya dan mulai kecapean. Kami akan menginap disini malam ini dan besok pagi akan melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Gede, kami berharap sebelum jam 1 kami sudah mencapai puncak. Setelah istirahat sejenak, kami pun makan bersama. Sementara yang lain istirahat divisi logistik memasak buat kami. Alangkah mulianya dirimu kawan. Semoga Allah membalas kebaikanmu. Aamiin. :D

Kami makan dengan lahap, sambil terus bercanda. Pa Hadi bisa mencairkan suasana dengan dongeng-dongengnya yang menghibur. Suasana sore yang dinginpun sejenak menjadi hangat kembali. Setelah makan kami kembali ke tenda masing-masing dan melanjutkan istirahat sambil menyeduh jahe panas dan kopi. Setelah habis "nyuruput" kopi, kamipun istirahat. Saking capenya, kami terlepa [uilas sampai subuh. Sepanjang sore sampai malam terdengar banyak suara langkah pendaki yang melewati tenda kami. Malam berlalu dengan cepatnya, pagi yang bereembun pun datang dengan cantiknya. Setelah shalat shubuh, kamipun sarapan bersama. Setelah sarapan kami bermaksud melanjutkan perjalanan. Tapi ada anggota tim yang cedera agak parah. Pinggang kaceklak, seperti terkilir, bahkan untuk bangunpun susah. Setelah dipijat salah satu teman dan dibujuk anggota lain, kamipun melanjutkan perjalanan dengan utuh. Tak ada yang duluan pulang karena fisik yang mulai tak tertahan.

Baru 5 menit berjalan, kami disuguhi pemandangan menakjubkan lainnya. Jurang yang mengalir air panas diatasnya. Inilah kenapa shleter tempat kami menginap dinamakan shelter air panas. Kami berjalan menyebrangi air panas ini dengan seutas tali sebagai pegangan. Dibawahnya terhampar jurang yang cukup dalam. Kabut air panasnya menambah indahnya pemandangan disitu.

Kabayan Grup
Berdiri (ki-ka) : Pa Yudi, Pa Mahyar, Deden, Mas Anas, Mas Rohmat, Erwin, Ade, Kang Arif.
Jongkok (ki-ka) : Putra Cikandang, Pa Hadi, Mas Wawan, Pa Darwis, Mas Awenk, Pa Ridwan.

Ketika kaki mulai berat dilangkahkan, ketika pinggang mulai nergetar ketika berjalan, akankah puncak bisa kami taklukkan?

Bersambung...

Jumat, Mei 18, 2012

"Kabayan Grup" Ke Gunung Gede (I)

Keindahan Gunung Gede-Pangrango memang sudah menarik minatku dari dulu. Dari jaman masih belajar di salah satu universitas di Bandung, panorama alam Gunung Gede jadi tempat yang selalu diangan-angankan untuk kunikmati dan kudaki. Akhirnya setelah sekian lama menunggu kesempatan itupun datang di awal April 2012. Dan kali ini saya bergabung dengan teman-teman satu kerjaan yang berbase camp di Merak-Banten. Awalnya tim yang mau naik ke Gede ada 18 orang, tapi karena sesuatu dan lain hal yang berangkat akhirnya hanya 14 orang. Sebagian besar tim ini berangkat dari Cilegon. Dan saya menunggu dan bergabung di Gadog, Ciawi. Semua tim berkumpul di Gadog sekitar jam 1/2 2 pagi. Setelah membeli kekurangan logistik selama pendakian, kamipun melanjutkan perjalanan ke posko masuk Taman Nasional Gede Pangrango di Cibodas dengan menggunakan dua mobil, yang dibawa dari Merak. Perjalanan ke pos masuk ini membutuhkan waktu 1 jam.

Peta Jalur Pendakian Gunung Gede-Pangrango via Cibodas

Disepanjang jalan, kami melihat banyak pendaki yang mau naik juga ke Gunung Gede-Pangrango. Setelah sampai diparkiran pintu masuk, kami langsung mengadakan brifing singkat tentang perjalanan yang rencananya akan kami laksanakan pagi harinya. Kami menyempatkan sarapan dlu dan membeli makan siang dan dilanjutkan shalat shubuh berjemaah. Dan tepat jam 6 pagi kami sudah sampai di posko pemeriksaan Gunung Gede. Leganya hati ini, bau petualangan semakin semerbak. Tak sabar rasanya mencapai puncak Gunung Gede. Tapi sabar dlu, perjalanan masih panjang Lads...

Foto keluarga di gerbang

Kalau yang pernah nonton Film GIE, pasti tau nama ini

Dan perjalanan pun dimulai...

Dengan langkah penuh semangat, kami memulai pendakian. Disekeliling terhampar pemandangan menakjubkan. Pohon-pohon berukuran besar, semak belukar yang sangat hijau, ditambah suara serangga-serangga yang seakan bernyayi, dan udara yang sangat sejuk dan segar menambah kenikmatan pendakian ini. Beberapa spot yang kami lalui disepanjang jalan juga sangat menakjubkan. Ada telaga biru, sebuah telaga yang airnya biru. Sungai-sungai kecilpun mengalir dengan cantiknya disepanjang perjalanan. Dan seperti biasa, saya mencicipi air yang mengalir tersebut. Airnya menyegarkan, dingin dan lumayan mengurangi haus diperjalan. Di sepanjang perjalanan ini banyak tim yang kami temui. Ada yang dari Bogor, Jakarta, Surabaya bahkan ada satu rombongan turis asing yang berpapasan dengan tim kami.

Penunjuk arah di Pos Rawa Panyangcangan

Setelah berjalan dan disuguhi pemandangan dan suasana menakjubkan selama 2 jam, kami sampai di pos/Shelter Rawa Panyangcangan. Disini adalah persimpangan dua jalan, yaitu satu ke air terjun Cibeureum dan satu lagi jalur pendakian ke Gede/Pangrango. Shelter ini dimanfaatkan pendaki untuk sarapan atau sekedar istirahat sambil menikmati makanan yang dibawa. Kami memutuskan untuk menikmati pemandangan di air terjun dulu, sebelum melanjutkan pendakian. Sebagian teman menyiapkan kopi (semua anggota tim kami pengopi berat :D) untuk bekal diperjalan, menyiapkan minuman energi. Perjalanan ke air terjun dari pos ini tidak terlalu jauh, hanya butuh 10 menit saja. Oh ya, jalan yang kami lalui dari pintu masuk Cibodas sampai Pos ini sangat bagus, belum ada kesan hutannya kata seorang teman. Dan jalan ke air terjunpun sangat bagus, jembatan dari papan menghubungkan Pos ini dengan air terjun.

Jembatan kayu menuju air terjun Cibeureum

Dari kejauhan sudah tersengar suara air terjun. Belum sempat kami menikmati air terjun, terhampar pemandangan sangat menakjubkan, aliran air sungai yang sangat jernih. Tak sabar rasanya ingin berenang atau sekedar memegang air yang mengalir disela2 bebatuan dan pepohonan disekitar air terjun Cibeureum ini. Kami semakin takjub dan mengucapkan syukur pada yang maha kuasa tat kala melihat pemandangan air terjun yang sangat bagus terhampar didepan. Ada dua air terjun di Cibeureum ini. Air terjun pertama sebalah kanan pos, berketinggian kurang lebih sekitar 30 m. Air terjun ini terlihat sangat indah, dengan pepohonan hijau disekitarnya dan awan berwarna biru di atasnya. Cuman air terjun ini susah dijangkau, karena medan yang dilalui cukup sulit. Banyak belukar dan semak dijalan masuknya dan kabarnya banyak lintah juga ditempat ini.

Air Terjun pertama Cibeureum 

Air terjun kedua, berada tepat didepan kami yang baru datang. Tingginya hanya sekitar 20 m. Tapi airnya cukup deras dan mengeluarkan kabut dan embun yang menawan. Siapapun yang mendekat dijamin basah kuyup dan kedinginan, karena airnya yang sangat dingin. Sudah banyak pendaki yang mandi di air terjun ini. Kami hanya menyempatkan berpoto sesaat untuk kenang-kenangan. Sekaligus mengambil air untuk persediaan di perjalanan nantinya. Banyak diantara pendaki yang sekedar menikmati air terjun ini saja, dan lalu kembali ke Cibodas. Beberapa rombongan turis dari ASia Timur juga kami temui dijalan. Mereka hanya ingin menikmati air terjun Cibodas saja. Sayangnya tempat ini tak terawat, terutama dalam hal sampahnya. Dimana-mana berserakan sampah bekas pengunjung. Sehingga keindahan tempat ini sedikit berkurang.

Air Terjun kedua Cibeureum 

Setelah puas menikmati air terjun/Curug Cibeureum, kami kembali ke pos Rawa Panyangcangan. Dan disana teman-teman sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Tepat jam 9 kami lanjutkan pendakian. Semakin penasaran kami akan keindahan apa lagi yang akan kami nikmati setelah ini.

Dan... Mulailah trek yang menanjak dan benar-benar hutan. Disini akan terasa tantangan yang sangat besar buat sebagian kami yang baru kali ini naik gunung. Kami menargetkan sampai Shelter Kandang Badak sebelum magrib dan hari masih terang.

Bersambung...