Jumat, November 11, 2011

Citra Diri Anak Bebek

Waktu saya masih kecil, kakek dan nenek saya suka memelihara ayam kampung. Kadang-kadang saya membantu nenek memberi makan ayam-ayam peliharaan nenek. Memelihara ayam kampung berbeda dengan ayam negeri. Ayam kampung pada siang hari sengaja dilepas untuk mencari makan sendiri, sebagai makanan tambahan.


Suatu saat salah satu ayam betina sedang bertelur. Nenek menyediakan sarang untuk tempat bertelur, sebab jika tidak disediakan sarang, ayam tersebut bisa bertelur di mana saja. Kebetulan nenek ingin menetaskan telur-telur tersebut. Sambil menetaskan telur ayam, nenek juga ingin menetaskan telur bebek. Telur bebek tersebut “dititipkan” di sarang ayam tadi. Telur ayam dan telur bebek akhirnya sama-sama dierami oleh ayam sampai menetas.

Waktu itu saya sempat terpukau, biasanya ayam dan bebek bermusuhan, tetapi kali ini tidak. Ayam tersebut memelihara dengan baik anak-anaknya termasuk anak bebek tersebut. Anak bebek tersebut mendapat perlakukan yang sama, dicarikan makan dan dilindunginya. Begitu juga dengan anak-anak bebek, mereka bertingkah laku seperti ayam. Mencari makan seperti ayam dan menganggap induk ayam tersebut ibunya.

Keadaan ini berlangsung sampai “disapih”, yaitu istilah proses pemisahan anak-anak ayam dan ibunya. Penyapihan dilakukan pada usia anak ayam tertentu dimana anak ayam tersebut sudah bisa mandiri. Anak-anak bebek yang sudah menjelang dewasa disatukan lagi dengan komunitas bebek lainnya.
Setelah anak-anak bebek tersebut bergabung dengan komunitas bebek lainnya, mungkin mereka sadar kalau mereka itu bebek sehingga tingkah laku mereka pun menjadi tingkah laku bebek pada umumnya.

Anak bebek akan bertingkah seperti ayam saat menganggap dirinya ayam. Sebaliknya anak bebek bertingkah laku sebagai mana bebek lainnya saat dia sadar kalau dia itu bebek. Fenomena ini juga berlaku pada manusia, dia akan bertingkah sesuai dengan anggapan pada dirinya sendiri.

Jumat, November 04, 2011

Kisah tukang sol…

Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukang sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin tahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.

Keesokan harinya, mereke bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.


Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”

Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.




“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimis bahwa hidup akan lebih baik.

Selasa, Oktober 11, 2011

Mudik dalam gambar...

Selalu banyak kenangan ketika mudik, banyak cerita dan pengalaman baru didapat. Setelah 3 tahun tak mudik (lebih lama dari Bang Toyib), akhirnya lebaran tahun ini berkesempatan juga mudik ke kampung halaman. Ini beberapa gambar yang didapat.

LUAK CIKANDANG - Mata air yang jadi tempat pemandian warga.
Sedikit cerita tentang tempat ini. Dulu tempat ini adalah satu-satunya tempat pemandian untuk warga. Airnya berasal dari mata air yang menurut seejarahnya sudah ada sejak jaman perang kemerdekaan. Airnya jernih dan sangat dingin.

Jaman sekolah dulu, kami sering mandi jam 5 pagi. Dengan membawa obor kami bersama-sama pergi mandi ke tempat ini. Setiap hari minggu pagi tempat ini sangat rame, karena kami biasa mencuci pakaian ssekolah dan sepatu ditempat ini. Dulu tempat ini sering disebut tempat keramat, tidak ada yang berani masuk ke dalam kolam pemandian ini. Kalau ada yang masuk pasti akan mendapat musibah, bisa berupa biru-biru disekujur badan atau malah kesurupan. jadi tidak ada anak-anak yang berani masuk kedalam, bahkan untuk membersihkan lumutpun hanya dari luar dengan menggunakan kayu.

Tapi, saya pernah masuk kedalam kolam dan berenang dengan tiga orang teman lainnya. Dengan maksud awal untuk membersihkan lumut yang ada, tapi ujung-ujungnya saya, Mas'ud, Jen dan Riyad malah asyik berenang didalamnya. Hehe. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa. Mungkin maksud dari dilarangnya masuk hanya agar kejernihan air "luak" ini tetap terjaga. Dan sekarang karena warga sudah memiliki kamar mandi di rumah masing-masing, tempat inipun terlupakan. Tapi untukku, tempat ini tetap selalu dikunjungi untuk sekedar mandi atau nongkrong sejenak setiap pulang kampung, walaupun harus melewati jalan yang sudah ditutupi rerumputan.

Tak jauh dari "luak" ini berdiri sebuah surau yang dikenal dengan surau cCikandang. Di surau cikandang inilah aku dilahirkan beberapa tahun yang llalu. Bangunan lama surau memang sudah rubuh dimakan waktu, tapi sekarang dditempat itu sudah berdiri bangunan permanen surau cikandang baru. Dan sampai kapanpun aku akan tetap menjadi putra cikandang. :P

MAU KEMANA? - Petunjuk arah di Baso, Bukittingi.

GUNUANG-GUNUANG - Perbatasan antara Nagari Rao-Rao dan Nagari Salimpaung.

Rao-Rao adalah nagari yang sangat dekat dekat dengan nagari kami. Disamping itu banyak juga sahabat-sahabat baikku yang berasal dari tempat ini. Alhamdulillah sekarang banyak diantara mereka yang sudah menjadi "orang" dalam artian berhasil. Ada yang sedang meretas jalan menjadi wakil rakyat, menjadi banker, menjadi wirausaha muda. Sedangkan nagari Salimpaung adalah nagari yang berbatasan langsung dengan Rao-rao bagian utara. Disinipun banyak sahabat-sahabatku. Dan gunuang-gunuang ini adalah pertanda bahwa hubungan kami semua yang sudah bersahabat sejak lama takkan pernah terputus. :D

SAWAHLUNTO - Bekas Kota tambang batubara yang mau berubah menjadi kota wisata tambang yang berbudaya.

Pernah dengar PTBA Ombilin? Pernah dengar Talawi? Atau pernah mendengar istialh kota kuali? Nah, semua pertanyaan diatas dapat dijawab kalau sahabat mengunjungi kota Sawahlunto. Kota ini adalah kota yang sangat Indah, dikelilingi bukit dan terlihat seperti kuali. Disinilah pertambangan batu bara Ombilin yang sangat terkenal itu berada. Walaupun sudah berhenti beroperasi, tapi nuansa kota ini masih menunjukkan kalau dikota ini pernah ada pertambangan batubara yang cukup besar. Kalau sahabat berkunjung ke Sumatera Barat sempatkanlah berkunjung ke kota ini. Nanti akan ada pemandangan yang tak terlupakan, dan untuk oleh-oleh Silungkang yang merupakan kecamatan yang terletak di Kabupaten ini akan dapat memuaskan dahaga sahabat-sahabat sekalian.

JAM GADANG - Ikon Bukittinggi dan Sumbar di Pasa Ateh Bukittingi, jadi tempat paling digemari wisatawan.

Ikon sekaligus kebanggan kota Bukittinggi dan propinsi Sumatera Barat ini adalah tempat tujuan wisata utama yang selalu dikunjungi wisman baik lokal maupun asing. Tapi sayang kebersihan tempat ini kurang etrjaga dan terkesan semrawut tak beraruran. Semoga suatu saat ketika kembali ke tempat ini, semua kesemrawutan baik parkiran, pedagang kaki lima maupun kebersihan tempat ini sudah dapat teratasi.

PERBATASAN KAB. TANAH DATAR & KAB. AGAM - Ucapan selamat dari Bupati & WaBup di perbatasan antar kabupaten, bisa dimanfaatkan jadi ajang promosi untuk wisatawan.


RANGKIANG - Merupakan tempat menyimpan padi hasil panen. Tak bisa dilepaskan dari Rumah Gadang.

Rangkiang atau lebih dikenal dengan lumbung ditempat lain pasti akan selalu ditemui disetiap rumah gadang yang ada di Ranah Minang. Karena fungsinya yang sangat penting, keberadaan dan kebersihan tempat ini selalu dijaga dan dilestarikan.

ISTANO BASA - Bekas Istana kerajaan Pagaruyung yang pernah terbakar di tahun 2007. Ikon pariwisata kota budaya Batusangkar.

Istano basa atau yang lebih dikenal dengan Istano Pagaruyuang ini sempat terbakar tiga kali. Setelah tebakar pada zaman perjuangan kemerdekaan dulu, istana ini juga terbakar habis dua kali pada tahun 1970-an dan tahun 2008 yang lalu. Bangunan yang berdiri sekarang adalah bangunan baru yang dibuat permanen. Karena dianggap ikon Batusangkar dan ranah minang pembangunan kembali istana ini sangat digarap serius oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar dengan disupervisi pemerintah propinsi Sumatera Barat.

Dana yang terkumpul dari sumbangan donatur dan perantau serta dari APBD dimanfaatkan juga untuk membangun sarana pariwisata lain seperti pemandian puti bungsu, surau tuo, dan beberapa rumah gadang pendamping. Dan dibagian belakang dibuat juga trek khusus sepeda gunung dan motor trail. Tempat ini dijamin akan jadi tempat pariwisata favorit lagi seperti sediakala sebalum api menghanguskan semua bangunan istana ini.

BERBURU BABI HUTAN - Berburu babi sudah menjadi budaya bagi masyarakat minangkabau. Hari minggu biasanya diisi dengan acara ini.
Berburu babi adalah hobby lamaku. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar kakekku selalu mengajak untuk pergi berburu bersama dengannya. Dengan membawa anjing dan perlengkapan lengkap (topi, pisau dan makanan) kami pun pergi berburu bersama-sama. Dan tahun ini akhirnya bisa merasakan kembali suasana berburu babi ini. Setelah melaksanakan shalat Zuhur, aku, adikku dan "Pak Ongah" langsung menuju ketempat perburuan di daerah Stasiun, Sijunjung untuk memenuhi keinginan merasakan berburu babi kembali. Nanti akan coba ditulis di blog ini tentang budaya berburu babi warga Sumatera Barat yang sudah melegenda ini. :P

Semoga Lebaran tahun depan bisa mudik lagi dan mendapat pengalaman baru. Sekarang saatny mencari rezeki di rantau orang...

Kamis, Agustus 25, 2011

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H












Ibunda, Kenapa Engkau Menangis???



Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis? "

Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita ".

"Aku tak mengerti " kata si anak lagi.

Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
"Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti..."

Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Ibu menangis tanpa sebab yang jelas ".

Sang Ayah menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan ". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Sampai kemudian si anak tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"

Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab,
" Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama...

Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur...

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu...

Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa...

Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan.

Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan ".

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup...

Sumber : http://thetrueword.blog.dada.net/ -